Akhir-akhir ini, kelompok Syiah semakin menampakkan geliat mereka di
tanah air ini. Sebuah sekte yang menyandarkan ajaran mereka terhadap
Islam, namun Islam sangat jauh dari klaim tersebut.
Di antara akidah mereka yang menyelisihi akidah Ahlussunnah wal Jama’ah
adalah sikap mereka terhadap para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam.
Jika ahlussunnah meyakini bahwa para sahabat adalah
sebaik-baik generasi umat ini, maka Syiah mengatakan bahwa sahabat,
khususnya Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu anhum adalah seburuk-buruk umat, para pengkhianat, bahkan
telah murtad dan keluar dari Islam. Seperti itulah yang disebutkan dalam
literatur-literatur standar mereka.
DEFENISI SAHABAT Radhiyallahu anhum
Sahabat adalah bentuk jamak dari shahabi, yaitu orang yang bertemu
dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian beriman kepadanya dan
meninggal dalam keadaan demikian.
KEUTAMAAN SAHABAT Radhiyallahu anhum
Seorang muslim, wajib meyakini bahwa mereka adalah sebaik-baik
generasi umat ini, karena mereka terlebih dahulu beriman, menemani Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, berjihad bersama beliau, dan membawa serta
menyampaikan syariat kepada orang-orang sesudah mereka.
Dalil dari al-Qur’an
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji mereka dalam firman-Nya (artinya),
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada
Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100).
Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji seluruh Muhajirin dan Anshar tanpa
pengecualian, karena ال pada kata “al-Muhajirin” dan “al-Anshar” dalam
ayat ini menunjukkan makna umum. Demikian pula seluruh yang mengikuti
mereka dengan baik.
Inilah hukum asal, maka tidak boleh mengeluarkan seorang pun
Muhajirin atau Anshar dari keumuman ayat ini tanpa adanya dalil yang
dengan tegas menunjukkan demikian.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji mereka yang mengikuti para
sahabat dengan baik. Lalu siapakah mereka para pengikut sahabat itu?
Merekalah Ahlussunnah wal Jamaah, bukan Syiah, karena Syiah dengan jelas
telah mengafirkan, atau paling tidak mencela, mencaci maki, dan
menghinakan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
2. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya), “Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu
lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya. Maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena
Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.” (QS. Al-Fath: 29)
Ayat ini dengan jelas menggambarkan bagaimana Allah Subhanahu wa
Ta'ala mendidik dan menjaga para sahabat seperti tunas-tunas yang muncul
ke permukaan bumi, hingga akhirnya matang dengan sempurna, sehingga
menyenangkan Zat yang memelihara dan menumbuhkannya, dan hal itu akan
menjadi sebab kemurkaan orang-orang kuffar. Maka barangsiapa membenci
dan dengki kepada mereka akan mendapatkan ancaman dari Allah.
3. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan
jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman
dan pertoIongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itu satu sama
lain lindung-melindungi.” (QS. Al-Anfal: 72) hingga ayat selanjutnya,
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi
sebagian yang lain. jika kamu (hai para Muslimin) tidak melaksanakan apa
yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di
muka bumi dan kerusakan yang besar. Dan orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi
tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh
ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 73-74)
Bukankah ini adalah penegasan dari Allah akan keimanan Muhajirin dan
Anshar? Allah menegaskan bahwa mereka itulah orang-orang yang
benar-benar beriman, Allah menjanjikan bagi mereka ampunan dan rezki
(nikmat) yang mulia. Maka barangsiapa yang meragukan keimanan para
sahabat, maka berarti mereka telah mendustkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Allah Subhanahu wa Ta'ala Subhanahu wa Ta'ala Mahamengetahui segala
yang akan terjadi, maka bisa jadi Allah sengaja mendatangkan ayat ini
untuk membungkam siapa saja yang kelak datang setelah generasi sahabat
dan dengan tanpa adab mencela dan menganggap mereka murtad.
4. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya), “Tidak sama di antara
kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan
(Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang
menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan
kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik.” (QS. Al-Hadid:
10).
Ayat yang mulia ini memuji mereka yang beriman sebelum penaklukan Mekah,
dan berinfak di jalan Allah, dan berperang untuk meninggikan kalimat
Allah, dan bahwasanya mereka yang datang setelahnya tidak akan mampu
menyamai keutamaan mereka. Ini adalah persaksian yang agung dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala bagi orang-orang berakal.
5. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, “(Juga) bagi orang fakir yang
berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka
(karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka
menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan
orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar)
tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9).
Subhanallah, inilah penggolongan kaum Mukminin yang menakjubkan yang
disebutkan Allah dalam ayat ini; Muhajirin, Anshar, lalu para pengikut
Muhajirin dan Anshar yang senantiasa mendoakan para pendahulunya dan
mencintai mereka. Perhatikan, hanya tiga golongan. Lalu di mana posisi
Syiah dari tiga golongan ini? Jangankan untuk mendoakan dan mencintai
Muhajirin dan Anshar, sebaliknya mereka justru melaknat dan menganggap
mereka telah murtad.
Dalam lanjutan kedua ayat di atas disebutkan, “Dan orang-orang yang
datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Rabb
kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya
Engkau Mahapenyantun lagi Mahapenyayang." (QS. Al-Hasyr: 10). Bandingkan
antara Syiah dan Sunni dari sisi pengamalan ayat ini. Anda akan melihat
bahwa Syiah 180º membelakangi titah Allah Subhanahu wa Ta'ala ini.
6. Dalam ayat lain disebutkan, “Tetapi Allah menjadikan kalian cinta
kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian
serta menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”
(QS. Al-Hujurat: 7). Dan masih banyak ayat lain yang menyebutkan
keutamaan para sahabat.
Inilah sebagian ayat yang menyanjung generasi para sahabat yaitu
mereka yang berjihad di jalan Allah untuk mengibarkan panji-panji Islam.
Tidakkah Syiah menyadari bahwa semua kebaikan yang ada pada dunia Islam
sekarang ini disebabkan karena kegigihan perjuangan mereka? Kemudian
datanglah setelah mereka generasi Ahlussunnah untuk menyempurnakan
perjuangan itu. Berpindahlah din ini ke generasi-generasi selanjutnya.
Negeri-negeri kuffar ditaklukkan, dan manusia pun beramai-ramai mengenal
Islam.
Sekarang, bisakah Syiah menunjukkan kepada semesta alam, sejengkal
tanah dari negeri kufur yang telah mereka taklukkan? Bukankah Persia
(Iran, negeri kebanggan Syiah) sendiri ditaklukkan pada masa
kekhalifahan Umar radhiyallahu anhu yang mereka kafirkan? Kalaulah bukan
karena Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian jasa Umar radhiyallahu anhu,
tentulah Khomeini masih menyembah api.
B. Dari Sunnah
- Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian
mencela sahabatku, jika salah seorang di antara kalian menginfakkan emas
sebesar gunung Uhud, itu tidak akan setara dengan satu mud para
sahabat, bahkan sekali pun setengahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
kepada Khalid bin Walid radhiyallahu anhu ketika mencela Abdurrahman bin
‘Auf radhiyallahu anhu. Abdurrahman radhiyallahu anhu termasuk sahabat
yang awal-awal memeluk Islam, adapun Khalid radhiyallahu anhu masuk
Islam setelahnya.
Sesama sahabat pun dilarang untuk mencela sahabat lainnya, apalagi
jika pencela itu adalah orang-orang yang datang setelahnya. Hendaknya
para pelaknat sahabat itu malu terhadap diri mereka sendiri. Adakah
setetes darah yang telah mereka teteskan untuk kejayaan Islam? Pernahkah
tubuh mereka bersimbah peluh dan debu-debu perjuangan untuk meninggikan
kalimat Allah? Ataukah setiap harinya mereka hanya berlari di belakang
dunia, mengejar segala kenikmatan di dalamnya, lalu merasa diri mereka
telah jauh lebih baik dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam sehingga mereka merasa pantas untuk melaknatnya?
- Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik manusia
adalah pada masaku, kemudian masa setelahnya, kemudian setelahnya.” (HR.
Bukhari, 2652; Muslim, 2533). Dan masih banyak hadits Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam yang mengabarkan keutamaan-keutamaan para
sahabat secara umum atau yang menyebutkan nama-nama sahabat secara
khusus.
Pertanyaan:
Mengapa Syiah begitu lancang mengafirkan para sahabat (kecuali empat
sahabat menurut mereka) sementara Allah I dan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memuji mereka?
Jawabannya tidak keluar dari dua kemungkinan; entah karena Allah U tidak
mengetahui perkara yang akan terjadi, bahwa suatu saat sahabat akan
murtad (Ini Mustahil. Mahasuci Allah dari hal demikian), atau Syiah
adalah ajaran menyimpang yang menyelisihi al-Qur’an dan Sunnah shahihah
(dan inilah yang benar).Wallahu Waliyyut Taufiq. Dari berbagai sumber
(Al Fikrah No.05 Tahun XIII/11 Shafar 1433 H) Link Buletin :
http://www.stibamks.net/2012/01/membela-kehormatan-sahabat-radhiyallahu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar